Sabtu, 12 Maret 2011

TANYAKAN PADA AHLINYA

Asy Syifa’s note, 9 maret 2011

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Beberapa kali melihat orang2 menjadikan ’suatu masalah syariat’ sebagai bahan perbincangan di dunia maya, berdiskusi n bertanya pada orang2 yg bukan ahlinya, Dan masing2 memberikan pendapatnya masing2.

Subhanallah, apakah syarait mau diserahkan pada pendapat masing2?? Bisa kacau agama ni, kalau semua orang berbicara menurut pendapatnya masing2, terlebih yg berpendapat adalah orang2 yang bukan ahlinya. Qola fulan dan qola fulan. Masing2 berkata, menurut saya n menurut saya.

Padahal Din ini sudah final, tidak bisa ditawar-tawar. Kalaupun ada masalah fiqih yang disana banyak perbedaan pendapat. Dan sebagai penuntut ilmu yang ingin mencari kebenaran, tanyakanlah apa yg mengganjal di hatimu pada ahlinya: pada para ustadz, dengan melihat pendapat para ulama dan mengambil pendapat yang paling mendekati kebenaran.

Pendapat ulama pun beragam, tapi bukan berarti kita taklid pada seorang ulama dan menerima mentah2 semua pendapatnya. Bahkan imam Syafii, slah satu dari imam 4 madzhab yang terkenal mengatakan untuk tidak mengambil pendapatnya jika bertentangan dengan hadits.

”........Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.....” (Annisa: 59)

Para ulama saja berkata demikian, Maka bagimana pula denag kita? Masihkah kita berani berpendapat semau kita? Ingat kawan, akal kita ini terbatas, ada kalanya akal kita ini tidak akan sampai untuk memikirkan syariat. Jangan sampai kita menjadi oarng yang mengagung2kan akal kita, dan mengutak-atik agama dengan akal kita, na’udzubillah....

Teringat sebuah artikel yang ditulis seorang ustadz, disana dia menyebutkan pendapat tentang masalah yang dibahasnya, dan tanpa akhlak penanya memojokkannya ”anda hanya mendasarkan argumen pada pendapat ulama dari golongan anda sendiri, tanpa mau menengok pendapat ulama dari kelompok lain....bla...bla...bla....”

Dan dengan bijak penanya lain menjawab ”seharusnya anda mengetahui bahwa islam adalah agama yg berdasarkan al qur’an dan as sunnah. apabila terdapt dua pendapat maka dilihat yang paling dekat pada kebenaran yaitu pada al qur’an dan as sunnah. maka tidak ada cela apabila setelah dibandingkan pendapat ulama tertentu yng diambil dan selainnya ditinggalkan karena menyelisihi dalil yg lebih shahih.”

Ada juga seorang kawan yang bersikukuh dengan satu pendapat (entah pendapat ulama siapa) n bertanya di dunia maya (lebih tepatnya mencari pembelaan n pembenaran atas pendapatnya) dan ketika diberi tau pendapat yang benar, dia menolak dengan alasan ”melihat kondisi saat ini”.Subhanallah,bukankah syariat ini untuk sepanjang jaman, n sesuai untuk sepanjang jaman??

Ada lagi yang ditunjukkan bahwa amal yang dilakukan tidak ada dalilnya, dia berdalih "kita hanya beda ijtihad”. Ijtihad versi siapa? Versi dia?. Apakah semua orang boleh berijtihad untuk masalah syariat kawan?? Tentu jawabannya tidak.

Logika mudahnya jika kita mau membuat kue, lalu bertanya caranya pada orang yang tidak pernah membuat kue, tentu hasilnya akan hancur. Ini masalah duniawi kawan, maka bagaimana pula jika yang kita tanyakan adalah masalah syariat, untuk kepentngan dunia n akhirat kita? Tentu akibatnya lebih fatal bukan?

Mari kembali merenungi ayat ini:
”........Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.....” (Annisa: 59)

Semoga kita selalu dibimbing untuk berpegang teguh pada Al Qur’an dan As Sunnah –tanpa menambahi dan mengurangi sedikitpun- hingga maut menjemput kita, hingga husnul khotimah....amin...

”....Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu....” (Al Maidah:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar