Selasa, 25 Januari 2011

MUAK!!

Hmm ya…Mohon maaf sebelumnya kalo tulisan ini banyak menyinggung yang membaca, mungkin membuat kamu merasa tertampar atau paling ga tersentak. Whatever deh ya. Cuma pengen curhat aja sebenernya. Mungkin karena aku pribadi yang suka memberontak atau mungkin tidak pernah merasa puas dengan keadaan yang ada. Karena ga tahu mau memberontak kemana, ijinin aku untuk memberontak lewat goresan tinta laptop ini (he3, maksa).

Semakin lama aku hidup di dunia ini, aku merasa dunia ini semakin lama semakin memuakkan. Tentu saja yang kumaksud disini bukan dunia dalam artian lahannya atau fisiknya. Tetapi bagaimana kelakuan penghuni-penghuninya. Mulai dari lingkungan sekitarku saja, ga jauh-jauh dulu. Para perempuan begitu bangganya ketika dia bisa tampil (maaf) seksi n modis. N begitu senangnya ketika mereka menjadi bahan pelototan para cowok. Subhanallah, jaman sekarang ”perempuan baik2” n ”perempuan ga baik” susah dibedakan. Bagaimana tidak, kalau jaman dulu, hanya ”perempuan ga baik” yang berani berkeliaran dengan celana pendek n baju kurang bahan. Tapi sekarang, perempuan yang katanya ”baik2” juga tak kalah beraninya.

Dalam hal pergaulan pun, begitu bangganya para pemuda ketika mereka punya monyet (baca: pacar), n ngerasa ga laku n ga gaul ketika ga punya pacar. Bahkan dalam berpacaran, tak malu-malu mereka bergandengan tangan di depan umum, berboncengan dengan memeluk sang pacar begitu eratnya (takut lepas mungkin), bermesraan di depan umum, bahkan berciuman sekalipun tanpa malu mereka ceritakan pada teman-temannya yang ga tahu apa yang sudah mereka lakukan. Aku jadi teringat kejadian yang lucu menurutku, ketika ada seorang teman yang bertanya padaku, katanya dia baru saja berciuman dengan pacarnya, terus dia bertanya ”Mbak kalo habis ciuman harus mandi junub ga?”. Coba bayangin, n gilanya lagi hal itu dilakukan di bulan puasa setelah tiba waktunya berbuka puasa. Ketika adzan berkumandang halallah yang tadinya haram, kira-kira gitu mungkin tafsirnya.

Bahkan bukanlah hal yang aneh lagi jaman sekarang kalo kita temui banyaknya perzinaaan. Bahkan tanpa malu-malu, n begitu bangganya banyak yang mengabadikan apa yang mereka lakukan itu melalui video untuk sekedar kenang-kenangan atas dosa besar mereka atau mungkin untuk dipublikasikan biar populer gitu. N itu mereka katakan atas dasar suka sama suka, apresiasi cinta katanya (nafsu sih iya). Pemerintah pun tak kalah gilanya, mereka ikut mengkampanyekan penggunaan kondom untuk menghindari AIDS, ”save sex, use kondom” , gitu kira-kira kampanyenya (kalo salah benerin aja,ku lupa redaksi tepatnya). Jadi kira-kira terjemahan bebasnya gini: berzinalah, hancurkan anak gadis orang, asal pake kondom, biar aman. Akibatnya tak sedikit kita temui perempuan yang hamil diluar nikah. Kalaupun tidak demikian, untuk menghindari aib banyak yang melakukan aborsi. Kamu bisa cari sendiri data-data sex bebas n aborsi di negara kita tercinta ini, sudah sedemikian parah bin akutnya. Lihat saja di majalah or televisi, pornografi n pornoaksipun begitu menjamur seperti jamur di musim penghujan (kok kebanyakan jamur ya?). mereka mengatasnamakan seni atas hal itu. Goyang erotis dikatakan seni, gambar orang telanjangpun dikatakan seni. Seakan-akan sesuatu semakin bernilai seni tinggi bila semakin porno. Agama bahkan dianggap terlalu mengekang kebebasan berekspresi dalam hal ini seni.

Itu baru masalah tindakan asusilanya. Yang lain? Masih banyak bro. Semakin banyak pula orang-orang di negeri ini yang mungkin udah ga punya hati lagi. Hanya gara-gara mencuri coklat, seorang nenek tua tega sampe disidangkan ke meja hijau. Tapi coba kamu lihat para koruptor, mereka dengan bebas berkeliaran tanpa rasa takut di negeri ini. Kalaupun sampai ke meja hijau, bakalan cepet selesai urusannya. Yang penting ada duit, semua beres.

Selain itu juga, aku meraa dunia ini sudah begitu cantiknya memoles rupanya dengan beragam kemunafikan. Tidak sedikit orang yang secara zhahirnya terlihat begitu mengagumkan yang melihat, tapi ternyata di dunia setengah nyata (emang ada?) atau dunia maya, mereka sama saja dengan manusia kebanyakan. Orang yang tampaknya seperti malaikatpun ternyata tidak sedikit yang bermoral bejat.

Orang yang sangat paham agama, ternyata dengan cantiknya menyebarkan pemahaman-pemahaman yang merusak akidah umat, alhasil umat semakin bodoh karena dibodohi orang yang pinter tapi keblinger. Masih mending kalo cuma dibodohin, umat jadi semakin jauh dari hakikat muslim sebenarnya. Tidak sedikit juga yang menyebarkan pemahaman-pemahaman merusak yang terlihat sangat anggun dan elegan, terkesan mengangkat derajat wanita, menjunjung tinggi kemanusiaan, persamaan de el el, padahala ujung-ujungnya tetep saja membodohi umat juga membuat umat semakin jauh dari islam. Dipikir bagaimanapun ga mungkin bisa perempuan disamakan dengan laki-laki. Semua agama disamakan, dicampur adukkan, emangnya gado-gado?. Dengan beraninya mereka menggugat aturan yang dibuat Sang Pencipta, n diganti dengan aturan-aturan yang dibuat dengan nafsu mereka sendiri. Bahkan kabarnya poligami yang memang ada dalam syariat, mau dibuatkan undang-undang yang melarangnya. Jadi mereka lebih setuju dengan zina daripada poligami. Pelaku nikah sirri (yang sesuai syariat) pun rencananya bakal terkena sanksi, tapi kalau pelaku ”kumpul setan” (jangan pakai kata ”kebo”, kasian si kebo ga tau apa2) ga bakal diapa-apain.

Tidak hanya pemahaman-pemahaman merusak. Masyarakat awam terlalu sibuk dengan ritual tapi kering esensinya, melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan sebatas ritual, setelah ritual selesai selesai semuanya. Tidak berbekas, tidak ada implementasinya dalam kehidupan. Seakan-akan agama hanyalah semata-mata berisi ritual, tidak lebih. Banyak yang akan murka ketika atribut-atribut agama dilecehkan, tapi tidak pernah bergeming ketika syariat-syariatNya yang diinjak-injak oleh penganutnya sendiri. Sekali lagi. Mungkin ini akibat kebodohan umat saat ini.

Pemuda-pemudi yang sedang berkobar semangatnya untuk belajar agama, tapi karena salah menemukan panutan akhirnya terseretlah mereka ke aliran-aliran sesat. Lihat saja tidak sedikit aliran-aliran sesat menyebar di negeri ini, kalo mereka menamakan diri dengan agama lain, agama baru, it’s okay. Masalahnya mereka memakai nama Islam. Ada juga yang mau beramar ma’ruf nahy munkar, mendakwahkan Islam tapi dengan kekerasan. Ada juga yang berjihad di tempat yang salah. Apakah begitu agama ini mengajarkan?

Di sisi lain ada yang sibuk hanya dengan ibadahnya pribadi. Tanpa pernah peduli keadaan di sekelilingnya, sudah sedemikian sakitnya. Seakan akan keshalihan hanya berhak dmilikinya sendiri. Sibuk dengan ibadahnya. Alhasil teknologi dan peradaban dikuasai orang-orang kafir. Penemuan-penemuan di bidang di bidang ilmu pengetahuan, dilakukan oleh mereka. Dan lagi-lagi ketika kaum kafir itu menemukan penemuan yang hebat, umat kita hanya bisa mengklaim bahwa di Al Qur’an hal itu diceritakan sejak lama. Tapi mengapa kita yang punya kitab suci tersebut, tidak bisa menemukannya, sebelum ditemukan orang kafir itu?

Untuk kelompok-kelompok yang tingkat pemahaman keberagamaannya sudah lumayan, terlalu sibuk dengan kelompoknya sendiri. Sehingga lupa bahwa kelompok di luar merekapun adalah saudara mereka. Seperti katak dalam tempurung, selalu dan selalu hanya bergumul dengan kelompoknya. Sehingga semakin sulit untuk menerima perbedaan kelompok lain. Semakin eksklusif. Seakan tidak mau membaur satu sama lain. Padahal pada hakikatnya mereka adalah sama, muslim. Alhasil, umat jadi terkotak-kotak. Bagaimana umat ini mau berkembang, kalo penganutnya hanya berkutat di kotaknya masing-masing? Taklid buta, fanatik kelompok. Sebenarnya, kalau mau membuka mata dan telinga, akan jelas mana yang BENAR dan yang SALAH. Sayangnya, susah untuk ”sportif”, mengakui kekurangan n kesalahan kelompoknya. Kalau saja mau membuka mata dan telinga untuk menerima KEBENARAN, alangkah indahnya, alangkah indahnya.

Media, apapun itu, juga tak kalah penting perannya dalam menyebarkan pemahaman-pemahaman merusak dan gaya hidup ala kafir. Lihat saja di televisi misalnya, banyak sekali tayangan-tayangan yang mengajarkan masyarakat untuk memperoleh kekayaan secara instant, tiggal ketik REG, ikut undian-undian yang banyak mewabah, mengajarkan masyarakat untuk semakin malas. Padahal undian-undian itu tak lain adalah judi. Ada juga, tayangan-tayangan berbau mistis dan sihir, juga ritual kesyirikan. Perdukunan jaman sekarang ditampilkan dengan image yang berbeda, sehingga tampak terpelajar n ilmiah, bahkan tak jarang dukun bertampang ustadz.Tidak perlu susah-susah mendatangi mereka,lagi-lagi cukup ketik REG. Padahal Rasul sudah mewanti-wanti sejak awal, barangsiapa bertanya pada tukang ramal, shalatnya bakal ga diterima 40 hari bahkan sampai dikatakan kufur terhadap apa yang dibawa Nabi Muhammad (Islam) jika percaya perkataan si dukun

Gaya hidup yang ditampilkan lewat film n sinetron yang paling hedonis adalah yang paling modern. Kaum muda disibukkan dengan urusan nafsu (berkedok cinta) dan hura-hura. Iklan-iklan menampilkan bahwa perempuan dikatakan cantik kalau dia berpakaiana mini n bersolek. Mebuat mereka tidak sadar bahwa mereka hanyalah korban iklan itu. Bahkan sekarang tak hanya kaum hawanya yang ditampilkan harus bersolek, kaum adamnyapun demikian. N ukuran sukses haruslah terkenal, dipuja banyak orang, dibuntuti wartawan. Ada lagi tayangan yang selalu mengajak memakan bangkai para artis ketika mata ini baru saja terbuka di pagi buta.

Sehingga lengkaplah kebobrokan dunia ini, ada yang sudah sedemikian parah sakit moralnya. Ada yang sedemikian akutnya kehilangan hati. Bahkan yang terparah ada yang secara tidak sadar sudah tidak murni lagi aqidahnya. Yang sudah lumayan bagus pemahamannya, terlalu mengunggulkan kelompoknya, dan tidak mau membuka mata dan telinga.

Terkadang ku berpikir, mungkinkah aku terlalu lebay, terlalu perfeksionis, terlalu kritis, sehingga di mataku selalu saja ada yang salah, tidak ada yang benar. Aku juga bingung sendiri. Juga terkadang aku merasa muak pada diriku sendiri,kenapa? Karena ku begitu muak pada dunia dengan segala kebobrokan dan kepalsuannya, tapi aku seperti hanya menjadi penonton, tidak bisa berbuat apa-apa. Apa jangan-jangan, aku juga sama memuakkannya? Dan aku semakin bingung.

So, ga salah kan kalo ku mengatakan dunia ini semakin lama semakin memuakkan. Aku ga mengatakan aku adalah orang yang sempurna yang hanya melakukan perintah-perintah Sang Pencipta dan sudah meninggalkan semua larangannya. Hanya saja, aku merasa gerah dengan keadaan ini. Paling ga kalo belum bisa jadi orang shalih, cintailah mereka. And kalo belum sepenuhnya bisa menghindari maksiat, paling ga bencilah maksiat itu. Seperti kata sahabat Ibnu Mubarak ”Aku mencintai orang-orang shalih, meski aku bukan termasuk di antara mereka. Aku benci pecandu maksiat, meskipun mungkin aku lebih buruk dari mereka.” Tapi, tetep aja ku pikir itu ga bisa dijadikan alasan untuk ga jadi orang shalih n menjauhi maksiat. Tul ga?

Kaum mudanya dirusak moralnya, sedang kaum tuanya dirusak pemikirannya. Tersapu sudah semuanya, ga ada yang tersisa. Jadi buat kita-kita yang masih tersisa ga kesapu (emangnya kotoran), sadarkanlah mereka-mereka yang lagi ga sadar (pingsan kali??). Jangan dibiarkan mereka terlena dengan ketidaksadarannya.

N ternyata ga hanya aku yang muak dengan semua ini. Coba kita lhat ke sekeliling, alam pun rupanya telah bosan lama-lama dihuni oleh manusia-manusia yang banyak melakukan kerusakan, baik merusak dirinya sendiri maupun merusak tempat dia berdiri, bumi. Mungkin alam sudah tidak tahan lagi manahan amarahnya selama ini pada manusia, sehingga terjadilah yng kita saksikan sekarang, banyak sekali bencana terjadi, mulai dari tsunami, banjir, angin puting beliung, de el el. Apakah itu semata-mata karena fenomena alam seperti yang banyak dikatakan orang? Ternyata tidak kawan.

Kawan aku ingin menceritakan padamu sebuah kisah yang mungkin sudah dilupakan atau belum pernah kamu dengar sebelumnya. Kisah nyata tentumya. Kisah yang menunjukkan kuasa Allah dan akibat perbuatan manusia. Terkadang kita berpikir dengan rasio yang lemah. Bahwa yang kita lakukan ternyata bisa berdampak sangat buruk. Begini kisahnya:

Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra ia berkata, ”Suatu ketika aku masuk menemui Aisyah ra dan seseorang sedang bersamanya. Lalu orang tersebut bertanya, ”Wahai ummul mukminin, ceritakanlah kepada kami tentang berita gempa.” Maka Aisyah memalingkan wajahnya dari orang tersebut. Anas mengatakan, ”Lalu aku mengatakan kepadanya, ”Wahai ummul mukminin, ceritakanlah kepada kami tentang berita gempa.”

Maka Aisyah berkata, ”Wahai Anas, jika aku menceritakannya kepadamu maka engkau akan selalu bersedih, dan dibangkitkan dalam keadaan bersedih karena kesedihan itu sangat membekas dalam hatimu.” Lalu aku megatakan, ”Wahai ummul mukminin, ceritakanlah kepada kami.”

Maka Aisyah mengatakan, ”Sesungguhnya seorang wanita jika menanggalkan pakaiannya diselain rumah suaminya, maka ia akan menyingkap tabir yang menutup antara dirinya dengan Allah Ta’ala, dan jika ia memakai wewangian untuk selain suaminya maka baginya api (neraka) dan cela, jika mereka telah menghalalkan (melakukan) perzinaan, minum khamr dan mengumandangkan nyanyi-nyanyian maka Allah akan menyeru kepada langit dan berfirman kepada bumi, ”Bergoncanglah engkau atas mereka.” jika mereka bertaubat, maka Allah akan hancurkannya atas mereka.

Anas bertanya lagi, ”apakah itu adalah hukuman bagi mereka?” Aisyah menjawab, ”ia adalah rahmat, barakah dan peringatan bagi orang-orang yang beriman, serta kebencian, murka dan siksaan bagi orang-orang yang kafir.”

Anas berkata, ”Belum pernah aku mendengar sebuah hadits sepeninggal Rasulullah saw yang membuatku sangat sangat gembira melebihi hadits ini, bahkan aku hdup dengan kegembiraan, dan aku akan dibangkitkan sementara perasaan gembira itu masih melekat dalam hatku atau ia mengatakan dalam diriku.” (HR. Al Hakim)

Kawan sampai disini ya curhatanku, semoga membuat kita semakin sadar dan arif dalam menjalani hidup ini. Agar kita tidak lupa tujuan hidup kita di dunia ini. Agar kita tidak lupa untuk apa kita diciptakan. Bukankah sudah terukir di palataran wahyu, bahwa kita (manusia, yang ga merasa ya ga usah) dan jin diciptakan untuk beribadah kapadaNya? And ibadah sendiri sangat luas, tidak hanya sebatas ritual, tapi mencakup semua aktivitas yang bisa mendatangkan ridhaNya. Ok terima kasih udah mau denger (ups, baca ding) curhatanku and maaf juga atas kata-kata yang ga enak dibaca. Mari perbaiki diri kita n sadarkan orang lain, mulai lingkungan terkecil, keluarga.

Huuh lega....rasanya seperti habis mengeluarkan BATU BESAR yang tersangkut di tenggorokan ;P

25 januari 2010

GEJOLAK HATIKU

Aku tidak tahu kepada siapa aku harus bercerita, berbagi tentang semua pertanyan-pertanyaan dan pemberontakan-pemberontakan yang merecoki kepalaku. Terkadang ketika pikiran itu muncul, namun terkadang terlupakan. Namun semua itu tetap tidak bisa hilang dari kepalaku. Mungkin semua ini berawal dari kegemaranku MENGAMATI orang, dan TIDAK BISA MENERIMA begitu saja apa yang disampaikan padaku, dan karena aku tidak suka didoktrin dan diperintah atau dipaksa.
Dulu ketika aku belum berjilbab dengan benar, sebenarnya aku mengakui dan menurut PENGAMATANku mereka yang berjilbab terlihat anggun dan menyejukkan mata, walaupun pikiran itu sering kali timbul dan tenggelam. Kemudian ada statement yang membuatku tidak bisa lagi menunda jilbab, berjilbablah aku, walaupun masih tahap belajar. Ketika itu aku berjilbab pasmina, kaos dan rok, serta kaos kaki pendek. Ketika tidak bersepatu aku lebih suka tidak berkaos kaki. Ketika itu aku berpikir dan punya hujjah, bahwa bukankah yang diwajibkan hanya menurunkan kain kerudung kedada, jadi untuk apa berjilbab terlalu besar? Dan bukankah menurut salah satu Imam, kaki tidak termasuk aurat? Jadi tidak perlulah menutup kaki. Waktu berjalan akupun merasa nyaman dengan apa yang kukenakan. Ketika itu dalil yang ku tahu dan kujadikan hujjah adala surat An Nur ayat 31.
Tapi kemudian aku mulai berpikir lagi, meskipun aku memakai kaos sebesar apapun, tetep aja kainnya nempel, dan menurut PENGAMATANku lagi orang yang berjubah bentuk tubuhnya lebih tetutup daripada yang tidak berjubah. Pikiran ini mulai mengahantui pikiranku. Hingga akhirnya akupun memutuskan untuk berjubah dipadu jilbab segi empat serta kaos kaki panjang. Aku merasa sudah cukup dengan hal ini, walaupun jilbabnya belum terlalu besar dan tidak memakai dalaman jilbab. Aku masih merasa kurang hingga akhirnya kuulurkan jilbabku lebih panjang hingga menutup pinggul dan memakai dalaman jilbab agar tidak transparan. Ketika kuputuskan demikian, sama sekali tidak terpikir dikepalaku akan dalil tentang berjubah, semata-mata hanya berdasar pengamatanku. Jauh hari setelah aku berjubah, aku mendengar kajian dan membaca di artikel tentang dalil berjilbab yaitu surat Al Ahzab 59. Di artikel itu dikatakan jilbab adalah baju kurung yang longgar. Aku bisa saja menerima statement ini, toh aku juga sudah berjubah. Sedang dari kajian itu, di footnote surat itu, jilbab adalah baju kurung yang menutup kepala,WAJAH dan dada. Statement ini yang membuat aku berpikir dan kadang menghantui pikiranku. Sekarang, ketika aku bercerita padamu, aku berada di titik ini, menjadi gadis berjilbab besar dan berjubah. Sudah cukupkah sampai di sini kawan?
Sampai di titik ini, dari PENGAMATANku lagi, aku melihat mereka yang jilbabnya lebih lebar dan tidak berwarna mencolok lebih nyaman dipandang mata, bahkan yang bercadar sekalipun, walau terkadang aku masih merasa agak serem. Dan akupun tak bisa membayangkan bagaimana reaksi orang-orang ketika aku tampil seperti itu. Ditambah dengan dalil yang kusebutkan tadi, walaupun memang banyak pendapat tentang batasan jilbab. Namun, tetap saja dua hal ini: pengamatan dan dalil itu lagi-lagi menghantui pikiranku. Aku takut, jangan-jangan kelak aku benar-benar tidak puas dengan keadaanku sekarang ini, dan kembali memberontak.
O ya selain jilbab, ada 1 lagi yang menjadi bahan pengamatanku ketika itu yaitu JAKET, aku berpikir meskipun berjilbab besar tapi memakai jaket, kok rasanya kurang pas aja gitu pikirku saat itu. Apalagi kalau kain jaketnya nempel, malah membentuk badannya. Namun sepertinya para akhwat di sekelilingku nyaman-nyaman saja dengan hal itu. Dan akhirnya pikiran itu mulai terlupakan. Ternyata ketika aku mendengar di sebuah kajian, ahad lalu dikatakan memakai jaket, jas dsb malah menghalangi fungsi jilbab, dan itu salah. Dan ketika memang darurat harus seperti itu, kita tetap harus merasa salah. Hari seninnya pun ternyata di kajian lain dikatakan hal senada.
Aku tidak menyangka, ternyata pikiran-pikiran hasil pengamatanku semata memang dibahas oleh para ustadz dan ulama mungkin, aku tidak begitu paham
Itu baru masalah tampilan luarku.
Sekarang masalah dakwah dan tetek bengeknya. Dulu awal mula ketika aku mendapat hidayah ketika ada seorang ustadz yang mengisi pengajian dikosku, ketika aku sedang terpuruk-terpuruknya karena patah hati. Lalu kemudian muncul semangatku untuk belajar agama. Bergabunglah aku di LSO kerohanian di fakultasku, tentunya dengan niat belajar agama, tidak ada terpikir di benakku untuk dakwah. Makanan apa itu dakwah? Akupun belum paham. Hari berganti hari, aku masih belum bisa menerima bahwa aku di LSO ini untuk berdakwah, karena memang bukan ini yang aku cari. Lama aku berkutat disini masih dengan kebimbangan dan belum bisanya aku menerima kenyataan aku berada di dunia dakwah. Lambat laun akupun mulai bisa menerima.
LSO ini dibackingi oleh salah satu harakah. Lama aku didoktrin dengan pemikiran harakah ini, namun rasa-rasanya aku tidak benar-benar terdoktrin dan aku tidak bisa sepenuhnya menerima doktrin yang terus-menerus dijejalkan dikepalaku. Kadang aku berpikir, apa pemikiranku yang terlalu liar, sehingga tidak bisa dengan mudah menerima begitu saja? Selalu saja ada yang membuatku tidak setuju, hingga kadang aku berpikir apa jangan-jangan aku terlalu mencari-cari kesalahan dan kekurangan harakah ini?
Dan kini, akhir-akhir ini, aku begitu tertarik dengan kata ”salafi”, kata ini yang kata orang terlalu ekstrem, seram, ga toleran dll. Justru klaim-klaim seperti itu membuatku semakin ingn tahu tentang kata itu. Aku cari buku-buku yang membahas kata ini, aku cari kajian tentang ini, kini akupun mendengar rekaman ceramah-ceramah tentang ini. Hingga aku sedikit paham tentang arti kata ini. Memang benar ”salafi” terkesan keras, tapi memang begitu seharusnya. Yang haq harus kita katakan haq, yang batil harus kita katakan batil. Dan aku semakin tertarik, bukan sekedar ingin tahu, tahu juga ingin menjadi bagiannya. Dan aku merasa inilah yang selama ini aku cari. Aku benar-benar ingin beragama secara kaffah, tidak ada lagi tawar menawar, sesuai tuntunan Rasul dan dengan pemahaman shalafus shaleh.
Semoga saja aku bisa, bimbinglah hamba Ya Rabb. Bimbinglah hamba untuk istiqomah di atas yang haq.
28 maret 2010


NB: Belakangan aku baru tahu, bahwa berjilbab yang benar tidak harus memakai jubah (baju terusan, red), baju potongan (atasan + bawahan) juga bisa, yang penting memenuhi kriteria jilbab syar’i seperti yang dibahas para ulama. Dan mengenai wajah, apakah termasuk aurat? Ternyata juga khilaf di kalangan ulama. (26 januari 2011)

Syariat, hakikat dan makrifat?? (kata pengantar sebuah buku)

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw, keluarga, shahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Ada kan temen kamu yang bilang kalo ibadah itu ga boleh pamrih, harus semata-mata karena Allah. Ibadah ga boleh karena minta dapat pahala atau minta surga. Ga boleh niat ibadah agar ga dimasukin ke neraka. Sebab kalo masih minta surga or pahala artinya masih ada pamrih. Dia bilang yang kayak gitu itu ibadahnya orang awam.
Katanya, kalo orang udah makrifat, ibadah ya sekedar untuk cari ridha Allah. Ga urusan ntar mau dimasukin ke neraka or masuk surga. Yang penting dapat ridha Allah, katanya. (Duh, berani amat ya, kok ga takut ma neraka)
Truz dia bilang, manusia itu ada 3 tingkatan; tingkat syariat, tingkat hakikat dan tingkat makrifat. Konon, masing-masing punya cara sendiri dalam beribadah, termasuk soal tujuan dan orientasinya. Konon pula ada yang berpendapat, kalo udah pada tingkat makrifat, ya udah ga perlu shalat, puasa en ngelakonin kewajiban agama lainnya. (Hebat amat, kan. Sampe-sampe ngalahin para Nabi??)
Sekarang gimana kamu ngejawabnya? Confuse juga kan? Makanya,belajar agama donk, biar ga dikadali ma orang yang sok ngerti agama, padahal ngereka-reka.
Jawabnya mudah aja! Gini,bilango, agama Islam itu ya apa yang diwahyukan Allah ke Nabi Muhammad saw, yaitu Al Qur’an en hadits. Jadi, apa saja yang nyangkut urusan agama kembalikan aja, ada dalilnya ga dari qur’an or hadits shahih? Truz jangan berhenti hanya disini! Pemahamannya juga harus bener. Yaitu sesuai dengan pemahaman yang disampaikan oleh Nabi ke para sahabat, lalu tabi’in dan tabi’it tabi’in. TITIK. Ini prinsipnya. Maka, setiap apa saja yang diakukan sebagai ajaran islam harus dikembalikan ke prinsip ini. Coba kita denger Qur’an surat An Nisa: 59. ”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” Lalu sampaikan hadits shahih riwayat Imam Muslim dari Aisyah, bahwa Rasul bersabda, ”Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak atas perintahku, maka ia tertolak.”
Ok, sekarang ujilah omongan temen kamu di atas dengan prinsip yang sudah kamu ketahui tadi. Benarkah ada dalil di Al Qur’an atau hadits yang ngejelasin bahwa ibadah itu harus semata ikhlas karena Allah? Nah, kalo yang ini emang bener. Di antara dalilnya Qur’an surat Al Bayyinah ayat 5 ”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” en hadits Umar bin Khattab tentang niat ”Sesungguhnya diterimanya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya (akan diterima)sebagai hijrah karena Allah dan RasulNya, dan barangsiapa berhijrah karena dunia yang akan ia peroleh atau wanita yang hendak dinikahinya,maka ia akan mendapati apa yang ia tuju.”
Lanjut, sekarang soal niat ibadah ga boleh minta pahala or ngarepin surga, harus murni mencari ridha Allah. Yang penting ridha Allah meski dicemplungin ke neraka. Apa bener demikian? Tegasnya, ada ga larangan minta surga dan mohon perlindungan dari neraka? Coba deh minta para ustadz agar membolak-balik Qur’an n seluruh kitab hadits. Ga bakalan ketemu dalil yang melarang minta surga en mohon perlindungan dari neraka, bahkan sampe kamu tua bin ubanan, ga akan nemukan dalilnya. Apalagi dibilang dimasukin neraka ga pa-pa, asal diridhai Allah. Ini mah keblinger! Mana ada orang yang diridhai Allah dimasukin neraka?
Justru dalil-dalil yang ada malah sebaliknya. Al Qur’an dan hadits menegaskan agar kita mengharap dan minta surga. Demikian pula dalil agar kita dilindungi dari api neraka. N dalil-dalil itu jumlahnya buanyak banget (lainnya kamu cari sendiri ya). Rasul bersabda, ”Sesungguhnya surga itu terdapat 100 tingkatan yang disediakan Allah untuk mujahidin di jalan Allah. Antara satu tingkatan (surga) dengan lainnya seperti (jarak) antara langit dan bumi. Bila kalian memohon kepada Allah,mohonlah surga firdaus.” (HR Bukhari, Ahmad dan Tirmidzi)
Rasul juga mengajarkan agar saat tasyahudakhir kita membaca doa ”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksa neraka jahannam dan dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, juga dari fitnah Al Masih Ad Dajjal.” (HR Bukhari Muslim)
Dalil dari Qur’an buanyak banget misal di surat Al Bayyinah: 6-8, Al Buruj: 11, Al Infithar: 13-14, de el el. Minta surga dan dijauhkan dari neraka itu tidak bertentangan dengan keikhlasan dan ridha Allah. Justru itulah yang dituntunkan Nabi Muhammad.Kita disuruh takut banget ma neraka en disuruh ngarepin banget bisa masuk surga. Dan kita-kita sebagai umat Muhammad,harus ngikuti apa saja yang diajarkan beliau, ga boleh mangkir bin nyeleweng sejengkal pun. Bahkan misal tidak percaya dengan sebagian hadits saja,itu berarti kita udah ga kesebut sebagai umat Muhammad. Kita harus taat terhadap apa saja yang disampaikan Nabi saw. Lihat Qur’an Al Hasyr: 7. Tentu hadits-hadits yang sudah direkomendasi para ahli hadits tentang keshahihan dan kebolehannya sebagai alil atau hujjah. Soal kasta-kasta, ga ada dalilnya. Yng ada dalam Qur’an atau hadits adalah istilah-istilah seperti takwa,shalih, mukmin,muslim, muhsin. Ga pernah Rasul bilang bahwa beliau termasuk orang makrifat, umatnya disebut orang awam dsb. Apalagi sampe bilang, ada sebagian orang yang boleh tidak menjalankan syariat agama karena uda pada tingkat makrifat.
Itu semua hanya karangan. Urusan agama ga boleh ngarang-ngarang.Siapapun ga punya kewenangan dan otoritas untuk buat aturan dalam urusan agama. Bahkan meski seorang ulama besar,dia harus manut 100% pada Nabi saw. Dan setiap orang, meskipun dia ulama besar, kalo pendapatnya bertentangan dengan Qur’an dan hadits, maka harus ditolak. Makanya Nabi saw bersabda, ”Barangsiapa mengadakan perkara baru dalam urusan kamiini (agama) yang bukan termasuk didalamnya, maka ia tertolak.” (HR Muslim)
Truz, coba siapa yang lebih baik dan lebih takwa dari Nabi saw? No body kan? Kita semua juga tahu, kalo Nabi saw itu contoh yang sempurna dalam nglakonin perintah dan syariat Allah. Sampe-sampe kaki beliau bengkak coz tekun n lamanya beliau shalat malam. Nah lo! Jadi, ga ada itu klasifikasi masih syariat atau udah makrifat sehingga ga perlu shalat n perintah agama lainnya.
Kalo ada orang yang merasa sudah makrifat sehingga dia ga mau shalat,puasa dan njalanin perintah agama lainnya, sebaliknya malah berzina, judi, mabuk-mabukan de el el atas nama sudah makrifat maka saksikanlah bahwa dia uadh keluar dari Islam.

By: Ainul Haris Umar Thayib, M.Ag
(Kata pengantar buku: Menggapai ”Purnama” Surga)


NB: lif syifa yang memberi judul diatas.

cuplikan buku "JANGAN SADARIN JILBABER"

Buka-buka maya

Sebuah ketelanjangan pribadi yang lebih dari dunia nyata. Lihat saja mereka kalau mau proses ta’aruf untuk menjemput bakal calon jodohnya, barulah mereka menyerahkan boidatanya. Menggunakan perantara orang ketiga, dan hal lainnya agar terjaga. Di FB dan jejaring pertemanan maya? Peuh... semua hal diceritakan. Semua kegiatan dituliskan, diberitakan. Mereka seakan tidak mau kalah untuk menjadi selebritis yang sering diungkit masalah-masalah pribadinya yang nggak penting, bagi orang lain, tidak bermanfaat diketahui dan tidak ada yang kurang kalau kita tidak tahu, kecuali bagi yang emang penggosip abis! Terlebih lagi itu adalah masalah pribadi yang seharusnya tidak baik untuk disebarluaskan. Kemana keterjagaan kalian selama diluar sana? Kemana harga diri kalian yang terus kalian pupuk itu kawan? Kalian lacurkan diri atas nama dunia mayakah?

Belum lagi ketika mereka meminta pandangan politikmu. Yang jika dengan semangat tak terarah kamu mengisinya, bisa dijadikan data oleh mereka untuk mengetahui kekuatan pergerakan Islam yang ada. Artinya, jangan-jangan kamu berkontribusi atas bocornya, bahkan hancurnya pergerakan Islam. Begitukah?

Belum tahu aja kalian kalau seorang yang menuliskan apa yang terus dilakukannya setiap hari itu ibaratnya membagikan keping-keping dirinya kepada orang lain yang membacanya. Bukankah dari persamaanlah bisa muncul yang namanya perbincangan dan untuk selanjutnya? Tahukah kalian hobi ini, suka baca itu, dan lain sebagainya yang kalian umbar di jejaring ini. Semua curhat-curhat kalian bagi kami, cowok-cowok bejad, adalah sebuah celah untuk memasuki kelemahan kalian! Memasuki dunia kalian lalu memakanmu! Haha..

Mesti belum tahu kalau ada kasus mereka yang mengumbar foto dirinya di jejaring mendapat telepon dari orang-orang asing. Ketika diselidiki ternyata profile dirinya dijadikan sebagai seorang cewek panggilan di sebuah situs! Bisa-bisa jadi pelacur dunia maya. Rela?

Instan dan dangkal

Serba memberi ketelanjangan diri.
Aku sedang di sinilah. Aku sedang mau beginilah. Tadi aku mengalami ini itulah. Mendadak semua merasa menjadi artis yang tetek bengek kehidupannya diumbar ke publik. Privasi dan urusan pribadinya semua diorek-orek seenaknya oleh para insan pergosipan. Dikomentari segala macam, dan merasa itu perhatian yang keren. Ayolah kawan, betapa banyak hal yang tidak serius kalian jalani hanya karena ini. Dan sebenarnya berapa banyak mereka yang tidak mempunyai kesibukan yang berarti lalu mengalihkannya dengan mengutak-atik akunnya. Atau tidak bisa menempatkan skala prioritas di antara semua kegiatannya? Mana yang lebih penting diantara semua? Dan orang seperti inilah yang banyak menghabiskan waktu kalian? Keren. Sangat. Haha..

Peduli itu baik tapi tidak mesti kamu menceburkan diri ke kehidupan pribadi setiap orang. Karena belum tentu dia bisa menerima. Dan alangkah ruginya kamu mengetahui urusan orang lain sementara urusanmu sendiri belum beres. Bukan egois, bukan anti sosial, tapi banyak hal yang memang perlu untuk diprioritaskan. Kecanduan yang diakibatkan bisa sangat berbahaya. Seorang anak yang tercuri perhatian dan kasih sayang orang tuanya, karena mereka keranjingan jejaring seperti ini. Ini sudah keterlaluan, kawan. Sebuah kisah yang mampir di telingaku, seorang anak yang orangtuanya tidak pernah melepas laptopnya biar selalu online dan bercengkrama dengan teman mayanya yang entah dimana. Anak itu akhirnya hanya bertanya, lapotnya nanti dibawa ke kubur ya?

Narsis Tingkat Rendah
Berfoto tentang suatu tempat dan harus selalu ada dirimu di sana. Seakan kamu tidak yakin jika orang percaya kamu pernah ke sana. Seakan wajib kamu untuk mengumbar dirimu dimana-mana. Bagian-bagian diri kita yang berharga dan terus kamu tuangkan ke dalam sebuah pembagian kue kenangan berwujud maya. Kenangan yang terlalu diumbar dan dibagi-bagi bagai serpihan kue yang tidak bisa dinikmati lebih dalam lagi. Porsi sahabat dan orang terdekat lainnya yang kamu bagikan kepada yang lain, sehingga sama tidak berartinya.

Keterikatan yang sangat semu pun bermunculan dari sini. Atas nama jejaring sebuah dunia maya kamu bisa berkumpul. Yang menyedihkan keterikatan ini seakan adalah yang terkuat. Sadar tidak sadar itu semua karena kamu telah memberikan bagian dirimu kepada semua orang yang jika ditelisik lebih jauh, kadang tidak lebih pantas untuk mendapatkannya daripada ibumu. Anakmu.
Nb: keren mana muka tembok sama muka buku?

Buka jilbab maya!
Biarin mereka meniru banyak cewek biasa yang majang foto. Haha biarin mereka menurutkan hawa nafsunya, egonya untuk memajang dirinya yang walaupun digital tentu saja memperlihatkan bentuk aslinya. Ah, kan cuma wajah, begitu dalihnya. Jadilah mereka yang nunduk-nunduk di lingkungannya, menebar pesona wajahnya di dunia maya. Berharap kita, dan mungkin tambatan hatinya, untuk dapat melihat. Diam-diam dapat menikmati parasnya yang menurutnya cantik dan mubadzir ataau ga diobral! Hahaha...
Mau tingkatannya akhwat sekalipun kalau udah mainnya di dunia maya mah lewat! Egonya sebagai perhiasan dunia, makhluk yang dianugrahi kecantikan dan daya tarik muncul! Pasang foto-foto dengan berbagai pose. Maksudnya sih baik, ini aku udah ke tempat ini lho pas lburan! Halah..! ga pakai otak sih, emangnya perlu ada gambar dianya kalau cuma mau bilang dia pernah kesana? Sempiit banget tuh pikiran. Padahal kalau mau bilang gitu, foto tempat yang dikunjunginya saja kan bisa. Okelah mau foto dengan penampakan dirinya, tapi cukuplah disimpan didalam komputer atau album yang cuma bisa dilihat oleh dia dan keluarganya. Tapi...ya...namanya juga nafsu ego seorang perempuan kok ya ada yang terasa kurang kalau ga merendahkan diri dengan mengobral wajah dirinya ke banyak ruang, maya pula. Di dunia maya penyebarannya lebih cepat. Dengan mudahya sebuah gambar bisa dicopy paste oleh semua orang yang membukanya. Kelihatan banget kalau mereka kekurangan informasi kalau laki-laki itu daya khayalnya tingkat tinggi. Mana sangka mereka kan kalau dengan foto dari yang dipajang bisa menjadi sangat liar imajinasinya di kepala para lelaki? Hahaha... belum lagi yang mengeksekusi bayangan yang ada di kepalanya. Maka terjadilah yang namanya penggabungan antara image, gambar pelacur dengan wajah para akhwat tadi. Itu tidak sulit bagi para laki-laki yang kacau pemikirannya untuk melakukan hal ini, banyak program tak bersalah yang bisa disalahgunakan oleh mereka-mereka ini.
By: Chio (Dalam buku: Jangan Sadarin Jilbaber)


Patut kita jadikan renungan bersama...

Senin, 24 Januari 2011

MESIR VAN PAPUA jilid III

O ya kawan, kalau di daerah lain kios-kios kecilnya pintunya tebuka lebar untuk memudahkan pembelinya memilih barang yang akan dibelinya, lain halnya dengan di timika, disini kios-kiosnya bagian depannya tidak terbuka, tapi diberi jaring2 (apa ya istilah tepatnya??), coz kalau ga gitu, bisa-bisa ketika ditinggal ke belakang sebentar, ludes tu barang-barang dagangan.

Kalau di Indonesia Barat sana banyak rumah makan prasmanan –yang pembelinya bisa ngambil senndiri sepuasnya- disini jangan coba-coba deh bikin rumah makan prasmanan. Tanya kenapa? Tidak lain dan tidak bukan karena disini orang-orangnya (pembeli -red), terutama penduduk asli, makannya buanyak banget, belum lagi takutnya ntar mereka ga jujur udah ngambil lauk apa aja. So, hampir bisa dipastikan, bakalan bangkrut tu rumah makan kalau kalau pake sistem prasmanan. Ga percaya? Silahkan buktikan.

Kalau kamu pada suka nonton film action, datang aja kesini. Disini kamu akan sering menjumpai orang mabuk (bukan mabuk kepayang pastiya ;D) berkeliaran sambil teriak-teriak ga jelas, pemandangan yang lumrah. Kadang pake acara tengkartengkar gitu. Waktu itu, seru banget ada yang sampe bergulat.

Sesekali juga terjadi rusuh kecil-kecilan. Alkisah ada beberapa anak kecil kira-kira 10 tahunan lah, lari-lari mengejar seorang pemuda (bukan main kejar2an lo ;P ) ngejarnya pake bawa parang segala, tapi sayang aku ga melihatnya dengan mata kepala sendiri. Aku hanya sempat menyaksikan adegan berikutnya: 2 orang polisi mengejar mereka sambil sambil melepaskan tembakan ke udara –yang dikejar udah kabur entah kemana-. Lokasi kejadiannya ga jauh dari rumahku.

Ada lagi, malam hari ni kejadiannya. Sekelompok orang ga jelas lagi tawuran lempar-lemparan batu di jalan ramai n lokasi padat penduduk, takutnya tuh batu ntar nyasar-nyasar. Penduduk di sekitar kejadian spntan menutup pintu rumah mereka, yang punya usaha dirumahpun segera menutup rumahnya. Tak ketinggalan bapakku langsung nutup pintu. Dan tak lama ”DUAK” tuh batu mengenai pintu rumahku, beruntung tuh pintu udah ditutup.

O ya disini kawan kau tidak akan menjumpai pengemis seperti di kota-kota besar. Tapiiiii pencurinya jangan ditanya, banyak. Bayangkan saja, sendal aja yang kamu letakkan depan rumah bisa melayang –apalagi kalau bagus-, baju-baju di jemuran tuh, minyak tanah, pokoknya apa saja yang bisa dicuri. Tetanggaku ni, pintu rumahnya terbuka, masuk deh tamu tak diundang n mengambil beberapa HP penghuninya. Bahkan ni panci ibuku yang udah ga bagus aja dicuri tuh, tapi untungnya ketahuan.

Kalau udah gitu biasanya barang2 curian dijual ke penduduk. So, kalau kadang ada orang menawarkan sembako, sandal bekas, HP bekas, or lainnya yang bekas-bekas dengan harga murah, perlu dicuriga tu.

Ada cerita lucu, di pasar ada seorang ibu beli ayam ke penjual, ehhh tiba2 si pemilik ayam datang, katanya ayamnya baru dicuri. Usut punya usut ternyata si penjual ayam membeli ayam dari si pencuri. Batal deh tuh ayam dibeli ma si ibu.

Kalau boleh aku buat motto, mungkin gini kalee ya ” bagi kami, mencuri lebih terhormat daripada mengemis!!” ;D ;D

Kalau kau menabrak ”orang sini”, siap-siap aja duit yang banyak, coz biasanya mereka bakalan minta ”DENDA” atas kecelakaan itu, meskipun hanya lecet sedikit, apalagi kalau parah. Jadi kalau ada keluarganya tertabrak, mereka bukannya sedih, tapi senang coz bakalan dapat duit..

Ada lagi nih cerita lucu, waktu itu ada orang pake koteka –tau kan??- nah orang-orang pada penasaran tuh n ingin foto bareng, coz unik gitu. Eeeh taunya habis foto, dia minta duit. Ha3, kasian banget yang minta foto bareng, dipikir gratis kalee.

Dari depan rumahku aku sering menyaksikan kecelakaan kecil-kecilan, sepeda motor nyerempet motor lainnya lah, nah kalau udah gitu ramai orang-orang mengerumuni, kadang para pengendara beradu mulut tengkar gitu

Kalau di daerah lain, para orang tua mungkin menakuti anaknya dengan hantu, ”jangan main disana, ada hantunya lo”. Tapi kalau disini, bukan hantu yang dijadikan momok mengerikan bagi anak2, tapi ”meno’” (sebutan untuk penduduk asli), jadi kata2nya dirubah menjadi ”jangan main disana, ada meno mabuk lo” ;D

Disini juga dikenal istilah ”aibon” , yaitu anak-anak jalanan, yang selalu menghisap sejenis lem –lem aibon- yang sepertinya bersifat candu.

Hmm, itulah sekelumit kisah di Mesirku, he2.... ;D
20 Januari 2011

DAKWAH WALIDAIN

Mendakwahi kedua orang tua, ternyata cukup berat. Tidak semudah kita mendakwahi orang lain. Ketika mendakwahi orang lain, kita bisa saja menggunakan dalil-dalil tak terbantahkan dan metode yang sesuai dengan kapasitas si mad’u. Dan ketika kita sudah menyampaikan dengan cara terbaik dan tetap tak diterima, kita bisa saja berdalih, yang penting kita sudah menyampaikan, mau diterima atau tidak terserah.

Namun tidak semudah itu jika kita menghadapi keluarga, terutama orang tua. Mereka adalah orang yang harus terlebih dahulu kita dakwahi, kita sudah diperintahkan untuk menyelamatkan diri dan keluarga kita dari api neraka. Ketika menghadapi orang tua kita tidak hanya memerlukan dalil dan metode terbaik, tapi kita juga perlu menyesuaikan dengan cara berpikir mereka, karena kita berada di generasi berbeda, juga tak boleh terkesan menggurui.

Seburuk-buruk orang tua kita, mereka adalah perantara kita lahir di dunia ini. Dan bagaimanapun tentu siapapun tidak akan rela kurasa, jika dirinya menjadi seorang muslim yang selalu berusaha manaati syariat sementara orang tuanya bergelimang bid’ah bahkan kesyirikan. Sungguh kita tak akan rela. Semua kita diberi kekuatan dan kesabaran untuk bisa istiqomah mendakwahi orang tua kita, seberat apapun itu. Dan semoga kita, orang tua-orang tua kita, keluarga kita, dan orang-orang muslim diberi hidayah untuk istiqomah di atas iman, di atas Din ini. Amin.
2 Oktober 2010

MESIR VAN PAPUA jilid II

Kawan, jika kau tinggal di belahan timur Indonesia (baca: Papua) kau akan butuh kesabaran ekstra dibandingkan jika kau tinggal di belahan barat Indonesia. Watak dan perilaku para penghuninya saja sudah sangat berbeda. Jika di Jawa kau bisa menemui orang yang kakinya terinjak masih bisa mengucapkan maaf, “maaf, kaki saya terinjak”, mungkin tidak akan kau temui jika di Papua. Alih-alih kata maaf, tidak dihujani dengan makian saja sudah sangat beruntung.

Disini telingamu harus dibuat setebal mungkin, agar tidak panas ketika kau sering mendengar orang-orang tanpa rasa tabu mengucapkan kata-kata kotor sebagai bumbu pembicaraan. Bukan hanya ketika marah, bahkan berbicara dengan teman sendiri pun, memanggil dengan “panggilan sayang” –nama penghuni zoo, red- itu sudah biasa.

Penduduk aslinya, kebanyakan mau menang sendiri, mungkin karena mereka mer asa sebagai tuan rumah. Coba kau bayangkan, ada seorang bapak menawarkan pisangnya kepada seseorang, tapi dengan memaksa. Ketika orang itu tidak mau membeli, eeeh dia marah-marah. Ketika datang orang lain menawar harga pisangnya, marahnya semakin menjadi-jadi. Kalau aku tidak perlu membayangkannya, karena aku sudah menyaksikannya sendiri.

Oh ya kawan, kalau disini kau punya usaha rumah makan atau sejenisnya yang berhubunan langsung dengan konsumen. Kau juga harus cepat dalam melayani konsumenmu, lama sedikit bisa-bisa ditinggal pergi, padahal sudah capek-capek menyiapkan pesanannya. Plus, kamu juga harus tegas, karena mereka kadang ngamuk-ngamuk ga jelas, cari gara-gara gitu. Kalau kamu pake cara orang Jawa yang halus banget, bisa-bisa diinjak-injak. Mereka pun tidak berani macam-macam sebenarnya, jika kita tegas.

Mungkin untuk orang-orang tertentu perlu pil penenang kali ya, kalau tinggal disini, he2 lebay.com.
2 Oktober 2010

ISTIQOMAH

Saudaraku, ketika kau berada di lingkungan yang baik, yang atmosfernya sangat kondusif untuk menjaga stamina imanmu, mungkin sangat nyaman, comfort zone istilah kerennya. Akan berbeda kurasa jika kau berada di lingkungan yang tidak demikian adanya. Di lingkungan yang tidak kau temukan (mungkin lebih tepatnya belum) orang yang sefikrah denganmu, di lingkungan yang tidak kau temukan majelis-majelis yang yang bisa menyirami kekeringan ruhmu.
Misalnya saja, ketika kau berada di lngkungan yang orang-orangnya paham syariat, berjilbab rapat, bahkan ada yang sampai bercadar, mungkin untuk berpakaian yang warnanya sedikit mencolok saja kau akan merasa tidak nyaman, walau jilbabmu pun sudah rapat. Namun ketika di lingkungan yang orang berjilbab rapat jarang kau temui, dan kamu sendiri menjadi ”makhluk langka”, mungkin akan berbeda rasanya. Untuk tetap istiqomah tidak semudah ketika kau berada di lingkungan yang kondusif, tapi tetap bisa Insya Allah, jika kau mau berusaha.
Bersyukurlah saudaraku, jika saat ini kau berada di atmosfer kondusif tersebut, tidak semua orang diberi kesempatan sepertimu. Jika kesempatan ini tidak kau manfaatkan sebaik mungkin, sungguh kau benar-benar merugi. Jangan sampai atmosfer yang kondusif tersebut tidak menjadikanmu manusia yang lebih baik. Hadits Rasul tentang kesempatan adalah nikmat yang jarang disyukuri manusia, benar-benar ku resapi saat ini.
Istiqomah, mungkin memang berat. Disini kujumpai dan kudengar banyak hal yang membuatku miris. Ada seorang akhwat selalu berpakaian gelap dan bercadar pada awalnya, namun lama-kelamaan, kini ketika dia bepergian hanya mengenakan kerudung kecil, bahkan jika dia tampak di depan rumahnya sudah tidak berjilbab sama sekali. Astaghfirullahhal adzim, naudzubillahi min dzalik. Pelajaran moral no.1 (he3, ikut2an andrea hirata) : hidayah bisa sewaktu2 dicabut, karena itu jagalah hidayah itu.
Kisah lain yang ku lihat sendiri, seorang ikhwan, yang kulihat sudah tidak isbal. Dari tampilannya saja harusnya dia paham syariat, istrinya pun sudah berjilbab rapi. Namun ternyata dia masih merelakan tangannya untuk disalami lawan jenis, tanpa mimik keterpaksaan. Ikhwan lainnya bahkan merokok. Pelajaran moral no.2: kita tidak boleh menilai seseorang hanya dari penampilannya saja, walaupun penampilan tetap saja penting.
Semoga ini menjadi pelajaran untuk kita semua. Dan kita diberi kekuatan untuk istiqomah dimanapun kita berada, hingga ajal menjemput kita, hingga husnul khotimah. Ya Allah berilah kami kekuatan untuk istiqomah, amin.
Di titik ini pun, aku baru meresapi hadits rasul, tentang perintah beriman, kemudian istiqomahlah. Subhanallah. Allahumma sholli ’ala Muhammad wa ’ala ali Muhammad.
Hmm, istiqomah 1 kata yang ”gampang-gampang susah” untuk dikerjakan. Tapi coba cermati frase diatas, ada 2 kata gampang dan 1 kata susah, berarti lebih banyak gampangnya kan??. Jadi ngelantur kemana-mana nih : D
2 Oktober 2010

WAR FIKR

Segala puji bagi Allah yang masih memberi kita hidayah untuk tetap teguh memeluk din ini dengan erat. Semoga kita kelak “dimatikan” masih tetap teguh dengan din ini. Tantangan generasi sahabat dalam beragama dulu mungkin adalah kekerasan fisik, namun jaman kita sekarang bukan lagi kekerasan fisik yang menjadi tantangan dalam beragama, tetapi gencarnya perang pemikiran. Kita tetap dibiarkan berIslam, tapi perlahan namun pasti pemikiran kita mulai dirusak. Dan parahnya pemikiran yang dirusak berhubungan dengan akidah kita. Dan diantara virus-virus yang mencoba menyerang umat ini antara lain:

Yupz, langsung saja. Beberapa bulan terakhir, setelah wafatnya seorang tokoh besar di negeri ini, kata PLURALISME langsung naik daun, walaupun sebelumnya memang sudah digembar-gemborkan. Dari para kiai, akademisi sampai tukang becak semua latah mengucapkan kata ini. Bahkan presiden pun, ketika pidatonya dalam pemakaman tokoh ini, menyebut beliau sebagai “bapak pluralisme”. Ada apa ini? Jangan-jangan Pak Presiden tidak paham apa yang diucapkannya?

Tidak masalah sebenarnya jika umat muslim disuruh hidup bertoleransi (dalam hal selain agama) dengan umat agama lain, dan memang begitu seharusnya. Namun kata ini (baca: pluralisme) mengandung makna yang lebih dari itu, melainkan mengatakan bahwa semua agama adalah sama, sama-sama menuju Tuhan, hanya jalannya yang berbeda. Intinya, sebagai pemeluk suatu agama, kita tidak boleh mengklaim agama kita yang benar, dan agama lain salah. Dalam buku Agama Masa Depan, karya Prof. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Jakarta) dan M Wahyuni Nafis ditulis: ”kebenaran abadi yang universal akan selalu ditemukan pada setiap agama, walaupun masing-masing tradisi agama memiliki bahasa dan bungkusnya yang berbeda-beda.” Salah seorang pemikir liberal menganalogikan dengan “Satu Tuhan beribu jalan”. Yupz, mereka memang selalu mencomot ayat-ayat yang dirasa bisa membenarkan pemikiran “aneh” mereka, salah satunya ayat ini “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al Baqarah: 62). Padahal jelas, tidaklah beriman kepada Allah mereka yang tidak mau mengikuti syariat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Dan adalah kesyirikan besar mereka yang mengatakan Isa dan Uzair adalah putra Allah. Tidakkah mereka ingat pada ayat ini? “Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan” (Al Ikhlas: 3)

Sekilas pemikiran mereka terlihat sangat humanis, terlihat sangat menjunjung tinggi persamaan de el el, tapi sebenarnya menyesatkan. Seperti sudah diingatkan dalam Qur’an perkataan mereka adalah “zukhrufal qauli ghurura” perkataan indah yang menipu, ya terdengar indah memang, tapi menipu.

Padahal kita sebagai umat muslim meyakini bahwa agama yang haq hanyalah Islam. Bukankah sudah terukir di pelataran wahyu bahwa Islamlah yang diridhaiNya? “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al maidah: 3). Jika kita tidak lagi meyakini kebenaran agama kita ini, lalu bagaiman kita bisa menjalankan syariat-syariatnya? Lalu apa bedanya muslim dan kafir?

Virus pemikiran lainnya yang mulai menyebar adalah paham RELATIVISME, Dimana paham ini menyatakan bahwa kebenaran adalah relatif, kebenaran hanya berlaku temporal, personal, parsial atau terkait budaya tertentu. Dalam sebuah seminar, Adian Husaini, ketua Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, mengajukan pertanyaan kepada guru-guru Sekolah Islam, dan hasilnya 80% lebih dari mereka setuju dengan paham relativisme. Bukankah setiap sholat kita selalu meminta ditunjukkan jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang diberi nikmat, bukan jalan yang dimurkai dan yang sesat?. Jika kita selalu berdoa seperti itu, bukankah sangat aneh jika kita mengatakan “yang tahu kebenaran hanya Allah”? Lalu untuk apa kita dikaruniai akal untuk membedakan yang benar dan salah? Lalu untuk apa diturunkan Al Qur’an yang salah satu fungsinya adalah “al faruq”, pembeda antara yang haq dan yang batil? Jika muslim sendiri tidak bisa membedakan yang benar dan yang batil, lalu bagaimana mereka bisa mengajak saudaranya kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar?

Selain itu  belakangan mulai muncul gerakan DESAKRALISASI ALQURAN, secara harfiah desakralisasi adalah penidaksucian. Seorang dosen IAIN Surabaya pada 5 Mei 2006, menerangkan posisi alquran sebagai hasil budaya manusia. Dia katakan, ”Sebagai budaya, posisi alquran tidak berbeda dengan rumput. Sebagai budaya, alquran tidak sakral. Yang sakral adalah kalamullah secara substantif”. Setelah dicermati apa penyebab kaum liberal begitu giat mengkampanyekan tema “desakralisasi alquran”, ternyata tujuan mereka adalah ingin melegitimasi masuknya berbagai metode penafsiran alquran diluar ilmu tafsir alquran, seperti hermeneutika. Ilmu hermeneutika ini sudah menyebar di perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia. Ilmu ini digunakan untuk mentafsirkan alquran, dalam melakukan penafsiran mereka meletakkan posisi alquran sebagai teks biasa, teks sastra, teks budaya, atau teks sejarah, yang sama dengan teks-teks lain.

Dan parahnya, orang-orang “aneh” ini adalah orang-orang pintar, orang-orang yang belajar agama, tidak jarang dari mereka adalah kiai. Dengan gelar mereka itulah, akan sangat mudah untuk menularkan virus pemikiran mereka pada masyarakat. Bahkan mereka sudah punya kampus sendiri “Paramadina”, yang tentunya bakal mencetak benih-benih “aneh” baru kedepannya. Selain itu juga ada iCRS, kampus yang didirikan dengan kerjasama 3 universitas: UGM, UIN Jogjakarta, dan satu universitas Kristen, yang nantinya akan mempelajari lintas agama. Lihatlah bagaimana mereka mencampuradukkan antara yang haq dan yang batil.

Aksi mereka juga tidak sekedar dalam tataran wacana berupa menulis artikel atau buku yang menyesatkan, atau melakukan talkshow dan seminar. Tapi sudah mulai terjun langsung ke lapangan. Sekarang sudah ada institusi yang “kerjanya” menikahkan perempuan muslimah dengan laki-laki kafir. Institusi ini melibatkan pendeta dan kiai Padahal hal ini jelas-jelas dilarang, dan pelakunya sama saja melakukan zina seumur hidupnya. Prosesnya pun lucu, pertama pasangan dinikahkan dengan cara agama laki-laki (di gereja contohnya), kemudian setelah itu dilakukan dengan cara Islam dengan ijab Qabul.

 Pemikiran-pemikiran menyesatkan semacam ini, mulai masuk ke perguruan tinggi Islam yang notabene adalah tempat belajar agama, tempat penghasil para guru agama, para da’i. sebut saja diantaranya IAIN semarang, IAIN Surabaya, dan lain-lain. Dan kita tidak usah jauh-jauh, di kampus putih ini saja tampaknya sudah banyak yang terserang virus ini. Sebut saja salah seorang dosen tarbiyah UMM, Prof. DR Syamsul Arifin, menulis artikel tentang keberpihakannya pada pluralisme .Saya sendiri cukup kaget ketika membaca  Koran kampus ini, 21 januari 2010 lalu dilakukan bedah buku dari seorang pemikir liberal dengan judul “membela kebebasan beragama” bahkan juga mendatangkan pemuka agama Kristen. Bahkan tokoh ini prihatin atas pengharaman MUI terhadap sekulerisme, liberalisme dan pluralisme. Dan kalau kita mau menengok di perpustakaan kita, kita bakalan menjumpai buku tulisan orang “liberal”, yang sangat mungkin menyebarkan virus ini kepada pembacanya.

Jadi, saudara-saudariku yang kucintai karena Allah. Sekarang tantangan kita adalah perang pemikiran. Mari lindungi keluarga kita dari pemikiran-pemikiran merusak semacam ini. Paling tidak lindungilah diri kita sendiri. Dan yang terpenting, agar kita tidak mudah terserang virus-virus pemikiran, mari kita mempelajari agama ini, karena tanpa ilmu kita akan mudah diombang-ambingkan. Mari kita tumbuhkan dalam diri kita masing-masing untuk bangga mengakui diri kita sebagai seorang muslim. Mari katakan dengan bangga ”.......dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim”(al maidah: 52)



Maret 2010
judulx rada’ maksa :D

MESIR VAN PAPUA

Kawan, kau ingin tau bagaimana rasanya hidup di Mesir seperti yang digambarkan oleh Fahri ayat-ayat cinta? Tidak perlu jauh2 kesana ku rasa. Pergi saja ke belahan timur Indonesia, Papua, Timika lebih tepatnya. Kau akan merasakan teriknya matahari di  tengah hari bahkan di pagi hari menjelang siang. Matahari bagai menjilat-jilat kulitmu. Pantas saja orang-orang disini kebanyakan berkulit gelap, terutama mereka yang bekerja diluar ruang. Jadi teringat Fahri, kalau mau keluar rumah dia perlu memakai topi plus kaca mata hitam.

Tak hanya itu, ketika kau membuka kran air di siang hari, air yang keluar panasnya seperti air hangat dari kompor. Bukannya jadi seger, malah tambah panas. Jadi, kalau mandi di siang hari, mending pakai air yang sudah ditampung terlebih dahulu, di bak mandi atau tempat lain. Hmm, baru seger dibuat mandi. Lagi-lagi kayak ceritanya si Fahri, di musim panas, kalau langsung pakai air dari kran airnya panas. Jadi mesti ditampung dulu sebelumnya biar dingin. Bedanya kalau di Timika, ga peduli musim, tetep aja panas.

Lagi-lagi teringat penggalan kata-kata Fahri, ”disini baru ku rasakan dahsyatnya doa Nabi SAW ”Ya Allah jadikanlah cintaku kepadaMu melebihi cintaku pada harta, keluarga dan air yang dingin””. Subhanallah....
            Hmm, tinggal di Timika ternyata berasa di Mesir, he3 (panasnya)

Ditulis dengan sedikit lebay ; D
2 Oktober 2010

SEPAK BOLA

Kawan,mari belajar dari sepak bola.
Banyak sekali kemaksiatan bahkan sampai kesyirikan disana.

Mari kita merenung, berapa banyak celaan, caci maki n hujatan yang ditujukan kepada lawan tanding hanya gara2 sepak bola, padahal yang mencela belum tentu lebih baik dari yang mencela. Bukankah sudah terukir di pelataran wahyu:  ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olkkan)....” QS 49:11

Untuk mendapat tiket pertandingan saja, kita bisa lihat bagaimana keadaannya, ricuh tidak karuan bahkan sampai ada acara menjarah segala, dimana adab bangsa ini yang katanya mayoritas beragama Islam?

Taruhan pun tak luput mewarnai pertandingan sepakbola, bahkan dengan nilai taruhan yang tidak kecil, apakah kita lupa bahwa taruhan adalah judi??

Tak jarang antar suporter tim A n suporter tim B terjadi baku hantam, bahkan sampai terjadi pembunuhan, naudzubillah...... padahal membunuh jiwa seorang muslim bukanlah perkara kecil, dan yang terbunuh; mati syahid atau mati konyolkah mereka??

Ramalan2 pun merebak ikut mewarnai sepakbola, bukan hanya peramal, binatang ikut2an latah meramal, dan tidak sedikit yang percaya ramalan itu. Orang2 yang katanya intelek juga bisa2nya dibodohi ramalan2 itu. Padahal idola kita sudah mewanti-wanti kita jauh-jauh hari: ”Barangsiapa yang datang kepada seorang tukang ramal, lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka sholatnya tidak diterima 40 malam (& harinya)” (HR. Muslim), ini baru bertanya, bagaimana pula kalau percaya?? ”Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal/dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka sungguh ia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan pada Muhammad (HR, Abu Daud)

Yang paling tragis, apakah para suporter2 itu sudah mengerjakan kewajiban pada Rabbnya, yaitu sholat. Padahal sholat adalah pembeda antara muslim dan kafir, kalau orang sholat berarti dia seorang muslim, kalau tidak sholat berarti??


Q jadi berpikir, kalau para pemain n suporter sholat jamaah dulu sebelum tanding pasti keren. Kalau begitu baru bisa dikatakan sepak bola bisa menyatukan hati.

Tapi kalau keadaannya seperti sekarang ini ya ga tahulah apa namanya.....

30 desember 2010