Asy Syifa’s note: 12 April 2011
Ketika melihat orang2 dengan berbagai macam gerak-gerik dan atribut yang dipakainya, otomatis kita bisa langsung menilai karakteristik orang2 itu –walaupun tidak selalu gerak-gerik n atribut yg dipakainya mewakili diri mereka sesungguhnya- tapi paling tidak dengan sekilas melihat kita bisa mengira-ngira siapa mereka.
Mungkin karena aku suka memperhatikan orang dengan segala tingkah lakunya.
Misalnya saja antara ikhwan - ikhwan dalam tulisan ini maksudnya laki2 yang berjenggot n tidak isbal- n bukan ikhwan (walaupun sebenarnya ikhwan n cowok tu pada hakikatnya sama saja, sama2 laki) , terasa sekali bedanya –mungkin karena tampilannya sudah beda-. Lalu antara sesama ikhwan pun bisa dibedakan, misalnya antara ikhwan s****i n ikhwan h****i –mungkin karena tingkat kecingkrangannya beda kali ya? Biasanya ikhwan s****i lebih cingkrang, n kadang ikhwan h****i juga ada yang masih isbal- tapi tidak melulu itu, ”bau”nya memang beda –entah apa istilah yang tepat untuk menggantikan kata bau,he2-. Trus, antara ikhwan yang bener n ikhwan yang ”salah jalan” juga baunya beda –entahlah, padahal secara dhohirnya tampilannya sama-
Sekedar info saja disini ada aliran yang sudah difatwakan sesat, tapi tumbuh dengan nyaman disini, tanpa ada ribut2 dari masyarakat untuk membasmi mereka seperti nasib ahmadiyah.
N ironisnya, banyak masyarakat mengidentikkan tampilan mereka yang syar’i dengan kesesatan mereka.
Ini tugas kita bersama, untuk menyadarkan orang2 terdekat kita tentang bagaimana berpakaian yang syar’i itu, agar tidak ada lagi –minimal tidak banyak- pengidentikan tampilan syar’i itu dengan kesesatan, apapun bentuknya.
Begitu juga kaum hawanya, antara perempuan yang katanya baik2 n perempuan ga baik bisa dibedakan –lagi2 baunya beda- walaupun tampilannya sama, sama2 berpakaian tapi telanjang.
Karena hari2 ini perempuan2 yang katanya baik2 itu tampilannya tidak kalah beraninya dengan perempuan2 ga baik. Baju ketat n celana pendek seakan menjadi pakaian yang ladzim.
Terkadang perempuan ga baik itu memakai pakaian yang cukup sopan (dalam pandangan masyarakat umum, tapi tetap saja itu tidak benar jika dilihat dengan kacamata syariat), tapi tetap saja baunya tidak bisa ditutupi. Bahkan kata temanku, mereka itu, walau dijilbabi sekalipun baunya tetap tercium.
Subhanallah, sungguh islam telah memuliakan penganutnya, diantaranya dengan pakaian –baik laki2 maupun perempuan- untuk membedakan mereka dari kaum diluar mereka. Untuk membedakan perempuan baik2 dengan perempuan ga baik n perempuan kafir. Begitupun kaum adamnya, bahkan kata temenku atribut2 mereka -jenggot n celana cingkrang- itu hijab bagi mereka, kalau dulu bisa bilang ”emangnya gue cewek apaan”, sekarang juga bisa bilang ”emangnya gue cowok apaan”.
Tapi sekali lagi, tampilan tidak bisa dijadikan satu2nya faktor untuk menilai. Tapi, bukan berarti penampilan tidak penting, sangat penting bahkan.
Hmm, harus lebih hati2 dalam menilai, butuh kacamata yang jernih untuk melihat jauh lebih dalam hakikat sesungguhnya objek yang terlihat. Agar jangan sampai salah menilai, under value ataupun over value.
Tulisan ini sekedar cerita –berdasarkan apa yang kulihat disekitarku- n semoga bisa diambil manfaatnya.
Hmm, ini tapi ini firasat atau prasangka ya? ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar