Anak2 usia 2-4 tahun itu kritis banget ya? Mungkin tak semua, tapi itulah yang kulihat dari adik sepupuku yang berumur 3,5 tahun.
Di usia balita ini, dia sudah mulai memilih. Misalnya baju mana yang ingin dikenakannya, maka dia akan menunjuk mana yang ingin dipakainya. Dalam hal makan pun, dia akan meminta, mau makan dengan apa dan lauk apa, tapi sayangnya dia sangat suka makan mie instan padahal itu adalah junk food.
Dia juga sangat suka bertanya. Ketika orang2 dewasa sedang membicarakan sesuatu yang kurang diketahui atau dipahaminya, dia akan bertanya “apa”, “siapa” de es be. Begitupun ketika orang dewasa sedang melakukan sesuatu –masak misalnya- dia akan bertanya ini itu dan selalu ingin bias.
Ketika dia bertanya tentang suatu hal yang ingin diketahuinya, dia tidak akan puas jika dijawab sekali, dia akan terus bertanya sampai akar2nya hingga dia puas.
Dan –lucu- ketika itu dia berkata dia mau makan supaya cepat besar, dan bisa masak, he3. Tapi dia sangat tidak suka bau bawang, kalau mencium baunya dia ingin muntah.
Sebelum minum bisanya dia akan mencium gelas itu, jika bau makanan –karena habis dipakai kakanya misal- dia tak akan mau memakainya, dia akan meminta gelas yang baru.
Dia pun sudah pandai berargumen. Ketika suatu ketika dikatakan padanya sesuatu hal maka dia pun bisa menjawab dan meyatakan argumen2nya –saya lupa apa “sesuatu”nya itu-.
Selama ini kami memanggilnya langsung dengan nama panggilannya “azza” namun belakangan ini dia selalu minta dipanggil “adik azza”. Jadi ketika aku lupa memanggilnya hanya dengan “azza” saja, dia selalu menginterupsi “adik azza”.
Dia akan mengkritik apa2 yang dilihatnya tidak tepat. Seperti ketika aku makan, dan tidak didengarnya aku mengucapkan “bismillah” maka dia pun menegurku. Kurang lebih begini “baca bismillah dulu” ketika kukatakan sudah, balik dijawab “azza ga dengar”
Atau ketika seorang kakak tanpa sadar bersenandung, yang didalamnya ada kata “cinta”. Dia pun langsung bertanya “anong nyanyi apa”,si kakak: “tidak”, “cinta iyo?”. Telinganya betul2 peka, dan dia akan mengingat apa2 yang didengarnya, jadi jangan sampai telinganya mendengar sesuatu yang kurang baik.
Ketika dia melihat atau mengalami sesuatu, suatu saat dia bisa menceritakan lagi dengan detail apa yang terjadi.
Dia juga sudah mulai bisa ngambek, ketika suatu ketika pakdenya memarahi atau membentaknya (aku lupa, dan entah karena apa). Dia pun menangis sampai sesenggukan dan lama tak berhenti2, nampaknya dia sangat terluka –kayak orang2 gede kalau lagi sakit hati-. Setelah iti pun dia ngambek tak bicara pada pakdenya.
Intinya; anak ini benar2 cerdas dan cerewet, lucu deh. Menyenangkan bisa bermain dan bercengkrama dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar