Selasa, 25 Januari 2011

cuplikan buku "JANGAN SADARIN JILBABER"

Buka-buka maya

Sebuah ketelanjangan pribadi yang lebih dari dunia nyata. Lihat saja mereka kalau mau proses ta’aruf untuk menjemput bakal calon jodohnya, barulah mereka menyerahkan boidatanya. Menggunakan perantara orang ketiga, dan hal lainnya agar terjaga. Di FB dan jejaring pertemanan maya? Peuh... semua hal diceritakan. Semua kegiatan dituliskan, diberitakan. Mereka seakan tidak mau kalah untuk menjadi selebritis yang sering diungkit masalah-masalah pribadinya yang nggak penting, bagi orang lain, tidak bermanfaat diketahui dan tidak ada yang kurang kalau kita tidak tahu, kecuali bagi yang emang penggosip abis! Terlebih lagi itu adalah masalah pribadi yang seharusnya tidak baik untuk disebarluaskan. Kemana keterjagaan kalian selama diluar sana? Kemana harga diri kalian yang terus kalian pupuk itu kawan? Kalian lacurkan diri atas nama dunia mayakah?

Belum lagi ketika mereka meminta pandangan politikmu. Yang jika dengan semangat tak terarah kamu mengisinya, bisa dijadikan data oleh mereka untuk mengetahui kekuatan pergerakan Islam yang ada. Artinya, jangan-jangan kamu berkontribusi atas bocornya, bahkan hancurnya pergerakan Islam. Begitukah?

Belum tahu aja kalian kalau seorang yang menuliskan apa yang terus dilakukannya setiap hari itu ibaratnya membagikan keping-keping dirinya kepada orang lain yang membacanya. Bukankah dari persamaanlah bisa muncul yang namanya perbincangan dan untuk selanjutnya? Tahukah kalian hobi ini, suka baca itu, dan lain sebagainya yang kalian umbar di jejaring ini. Semua curhat-curhat kalian bagi kami, cowok-cowok bejad, adalah sebuah celah untuk memasuki kelemahan kalian! Memasuki dunia kalian lalu memakanmu! Haha..

Mesti belum tahu kalau ada kasus mereka yang mengumbar foto dirinya di jejaring mendapat telepon dari orang-orang asing. Ketika diselidiki ternyata profile dirinya dijadikan sebagai seorang cewek panggilan di sebuah situs! Bisa-bisa jadi pelacur dunia maya. Rela?

Instan dan dangkal

Serba memberi ketelanjangan diri.
Aku sedang di sinilah. Aku sedang mau beginilah. Tadi aku mengalami ini itulah. Mendadak semua merasa menjadi artis yang tetek bengek kehidupannya diumbar ke publik. Privasi dan urusan pribadinya semua diorek-orek seenaknya oleh para insan pergosipan. Dikomentari segala macam, dan merasa itu perhatian yang keren. Ayolah kawan, betapa banyak hal yang tidak serius kalian jalani hanya karena ini. Dan sebenarnya berapa banyak mereka yang tidak mempunyai kesibukan yang berarti lalu mengalihkannya dengan mengutak-atik akunnya. Atau tidak bisa menempatkan skala prioritas di antara semua kegiatannya? Mana yang lebih penting diantara semua? Dan orang seperti inilah yang banyak menghabiskan waktu kalian? Keren. Sangat. Haha..

Peduli itu baik tapi tidak mesti kamu menceburkan diri ke kehidupan pribadi setiap orang. Karena belum tentu dia bisa menerima. Dan alangkah ruginya kamu mengetahui urusan orang lain sementara urusanmu sendiri belum beres. Bukan egois, bukan anti sosial, tapi banyak hal yang memang perlu untuk diprioritaskan. Kecanduan yang diakibatkan bisa sangat berbahaya. Seorang anak yang tercuri perhatian dan kasih sayang orang tuanya, karena mereka keranjingan jejaring seperti ini. Ini sudah keterlaluan, kawan. Sebuah kisah yang mampir di telingaku, seorang anak yang orangtuanya tidak pernah melepas laptopnya biar selalu online dan bercengkrama dengan teman mayanya yang entah dimana. Anak itu akhirnya hanya bertanya, lapotnya nanti dibawa ke kubur ya?

Narsis Tingkat Rendah
Berfoto tentang suatu tempat dan harus selalu ada dirimu di sana. Seakan kamu tidak yakin jika orang percaya kamu pernah ke sana. Seakan wajib kamu untuk mengumbar dirimu dimana-mana. Bagian-bagian diri kita yang berharga dan terus kamu tuangkan ke dalam sebuah pembagian kue kenangan berwujud maya. Kenangan yang terlalu diumbar dan dibagi-bagi bagai serpihan kue yang tidak bisa dinikmati lebih dalam lagi. Porsi sahabat dan orang terdekat lainnya yang kamu bagikan kepada yang lain, sehingga sama tidak berartinya.

Keterikatan yang sangat semu pun bermunculan dari sini. Atas nama jejaring sebuah dunia maya kamu bisa berkumpul. Yang menyedihkan keterikatan ini seakan adalah yang terkuat. Sadar tidak sadar itu semua karena kamu telah memberikan bagian dirimu kepada semua orang yang jika ditelisik lebih jauh, kadang tidak lebih pantas untuk mendapatkannya daripada ibumu. Anakmu.
Nb: keren mana muka tembok sama muka buku?

Buka jilbab maya!
Biarin mereka meniru banyak cewek biasa yang majang foto. Haha biarin mereka menurutkan hawa nafsunya, egonya untuk memajang dirinya yang walaupun digital tentu saja memperlihatkan bentuk aslinya. Ah, kan cuma wajah, begitu dalihnya. Jadilah mereka yang nunduk-nunduk di lingkungannya, menebar pesona wajahnya di dunia maya. Berharap kita, dan mungkin tambatan hatinya, untuk dapat melihat. Diam-diam dapat menikmati parasnya yang menurutnya cantik dan mubadzir ataau ga diobral! Hahaha...
Mau tingkatannya akhwat sekalipun kalau udah mainnya di dunia maya mah lewat! Egonya sebagai perhiasan dunia, makhluk yang dianugrahi kecantikan dan daya tarik muncul! Pasang foto-foto dengan berbagai pose. Maksudnya sih baik, ini aku udah ke tempat ini lho pas lburan! Halah..! ga pakai otak sih, emangnya perlu ada gambar dianya kalau cuma mau bilang dia pernah kesana? Sempiit banget tuh pikiran. Padahal kalau mau bilang gitu, foto tempat yang dikunjunginya saja kan bisa. Okelah mau foto dengan penampakan dirinya, tapi cukuplah disimpan didalam komputer atau album yang cuma bisa dilihat oleh dia dan keluarganya. Tapi...ya...namanya juga nafsu ego seorang perempuan kok ya ada yang terasa kurang kalau ga merendahkan diri dengan mengobral wajah dirinya ke banyak ruang, maya pula. Di dunia maya penyebarannya lebih cepat. Dengan mudahya sebuah gambar bisa dicopy paste oleh semua orang yang membukanya. Kelihatan banget kalau mereka kekurangan informasi kalau laki-laki itu daya khayalnya tingkat tinggi. Mana sangka mereka kan kalau dengan foto dari yang dipajang bisa menjadi sangat liar imajinasinya di kepala para lelaki? Hahaha... belum lagi yang mengeksekusi bayangan yang ada di kepalanya. Maka terjadilah yang namanya penggabungan antara image, gambar pelacur dengan wajah para akhwat tadi. Itu tidak sulit bagi para laki-laki yang kacau pemikirannya untuk melakukan hal ini, banyak program tak bersalah yang bisa disalahgunakan oleh mereka-mereka ini.
By: Chio (Dalam buku: Jangan Sadarin Jilbaber)


Patut kita jadikan renungan bersama...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar