Kawan, jika kau tinggal di belahan timur Indonesia (baca: Papua) kau akan butuh kesabaran ekstra dibandingkan jika kau tinggal di belahan barat Indonesia. Watak dan perilaku para penghuninya saja sudah sangat berbeda. Jika di Jawa kau bisa menemui orang yang kakinya terinjak masih bisa mengucapkan maaf, “maaf, kaki saya terinjak”, mungkin tidak akan kau temui jika di Papua. Alih-alih kata maaf, tidak dihujani dengan makian saja sudah sangat beruntung.
Disini telingamu harus dibuat setebal mungkin, agar tidak panas ketika kau sering mendengar orang-orang tanpa rasa tabu mengucapkan kata-kata kotor sebagai bumbu pembicaraan. Bukan hanya ketika marah, bahkan berbicara dengan teman sendiri pun, memanggil dengan “panggilan sayang” –nama penghuni zoo, red- itu sudah biasa.
Penduduk aslinya, kebanyakan mau menang sendiri, mungkin karena mereka mer asa sebagai tuan rumah. Coba kau bayangkan, ada seorang bapak menawarkan pisangnya kepada seseorang, tapi dengan memaksa. Ketika orang itu tidak mau membeli, eeeh dia marah-marah. Ketika datang orang lain menawar harga pisangnya, marahnya semakin menjadi-jadi. Kalau aku tidak perlu membayangkannya, karena aku sudah menyaksikannya sendiri.
Oh ya kawan, kalau disini kau punya usaha rumah makan atau sejenisnya yang berhubunan langsung dengan konsumen. Kau juga harus cepat dalam melayani konsumenmu, lama sedikit bisa-bisa ditinggal pergi, padahal sudah capek-capek menyiapkan pesanannya. Plus, kamu juga harus tegas, karena mereka kadang ngamuk-ngamuk ga jelas, cari gara-gara gitu. Kalau kamu pake cara orang Jawa yang halus banget, bisa-bisa diinjak-injak. Mereka pun tidak berani macam-macam sebenarnya, jika kita tegas.
Mungkin untuk orang-orang tertentu perlu pil penenang kali ya, kalau tinggal disini, he2 lebay.com.
2 Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar