Selasa, 25 Januari 2011

Syariat, hakikat dan makrifat?? (kata pengantar sebuah buku)

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw, keluarga, shahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Ada kan temen kamu yang bilang kalo ibadah itu ga boleh pamrih, harus semata-mata karena Allah. Ibadah ga boleh karena minta dapat pahala atau minta surga. Ga boleh niat ibadah agar ga dimasukin ke neraka. Sebab kalo masih minta surga or pahala artinya masih ada pamrih. Dia bilang yang kayak gitu itu ibadahnya orang awam.
Katanya, kalo orang udah makrifat, ibadah ya sekedar untuk cari ridha Allah. Ga urusan ntar mau dimasukin ke neraka or masuk surga. Yang penting dapat ridha Allah, katanya. (Duh, berani amat ya, kok ga takut ma neraka)
Truz dia bilang, manusia itu ada 3 tingkatan; tingkat syariat, tingkat hakikat dan tingkat makrifat. Konon, masing-masing punya cara sendiri dalam beribadah, termasuk soal tujuan dan orientasinya. Konon pula ada yang berpendapat, kalo udah pada tingkat makrifat, ya udah ga perlu shalat, puasa en ngelakonin kewajiban agama lainnya. (Hebat amat, kan. Sampe-sampe ngalahin para Nabi??)
Sekarang gimana kamu ngejawabnya? Confuse juga kan? Makanya,belajar agama donk, biar ga dikadali ma orang yang sok ngerti agama, padahal ngereka-reka.
Jawabnya mudah aja! Gini,bilango, agama Islam itu ya apa yang diwahyukan Allah ke Nabi Muhammad saw, yaitu Al Qur’an en hadits. Jadi, apa saja yang nyangkut urusan agama kembalikan aja, ada dalilnya ga dari qur’an or hadits shahih? Truz jangan berhenti hanya disini! Pemahamannya juga harus bener. Yaitu sesuai dengan pemahaman yang disampaikan oleh Nabi ke para sahabat, lalu tabi’in dan tabi’it tabi’in. TITIK. Ini prinsipnya. Maka, setiap apa saja yang diakukan sebagai ajaran islam harus dikembalikan ke prinsip ini. Coba kita denger Qur’an surat An Nisa: 59. ”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” Lalu sampaikan hadits shahih riwayat Imam Muslim dari Aisyah, bahwa Rasul bersabda, ”Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak atas perintahku, maka ia tertolak.”
Ok, sekarang ujilah omongan temen kamu di atas dengan prinsip yang sudah kamu ketahui tadi. Benarkah ada dalil di Al Qur’an atau hadits yang ngejelasin bahwa ibadah itu harus semata ikhlas karena Allah? Nah, kalo yang ini emang bener. Di antara dalilnya Qur’an surat Al Bayyinah ayat 5 ”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” en hadits Umar bin Khattab tentang niat ”Sesungguhnya diterimanya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya (akan diterima)sebagai hijrah karena Allah dan RasulNya, dan barangsiapa berhijrah karena dunia yang akan ia peroleh atau wanita yang hendak dinikahinya,maka ia akan mendapati apa yang ia tuju.”
Lanjut, sekarang soal niat ibadah ga boleh minta pahala or ngarepin surga, harus murni mencari ridha Allah. Yang penting ridha Allah meski dicemplungin ke neraka. Apa bener demikian? Tegasnya, ada ga larangan minta surga dan mohon perlindungan dari neraka? Coba deh minta para ustadz agar membolak-balik Qur’an n seluruh kitab hadits. Ga bakalan ketemu dalil yang melarang minta surga en mohon perlindungan dari neraka, bahkan sampe kamu tua bin ubanan, ga akan nemukan dalilnya. Apalagi dibilang dimasukin neraka ga pa-pa, asal diridhai Allah. Ini mah keblinger! Mana ada orang yang diridhai Allah dimasukin neraka?
Justru dalil-dalil yang ada malah sebaliknya. Al Qur’an dan hadits menegaskan agar kita mengharap dan minta surga. Demikian pula dalil agar kita dilindungi dari api neraka. N dalil-dalil itu jumlahnya buanyak banget (lainnya kamu cari sendiri ya). Rasul bersabda, ”Sesungguhnya surga itu terdapat 100 tingkatan yang disediakan Allah untuk mujahidin di jalan Allah. Antara satu tingkatan (surga) dengan lainnya seperti (jarak) antara langit dan bumi. Bila kalian memohon kepada Allah,mohonlah surga firdaus.” (HR Bukhari, Ahmad dan Tirmidzi)
Rasul juga mengajarkan agar saat tasyahudakhir kita membaca doa ”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksa neraka jahannam dan dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, juga dari fitnah Al Masih Ad Dajjal.” (HR Bukhari Muslim)
Dalil dari Qur’an buanyak banget misal di surat Al Bayyinah: 6-8, Al Buruj: 11, Al Infithar: 13-14, de el el. Minta surga dan dijauhkan dari neraka itu tidak bertentangan dengan keikhlasan dan ridha Allah. Justru itulah yang dituntunkan Nabi Muhammad.Kita disuruh takut banget ma neraka en disuruh ngarepin banget bisa masuk surga. Dan kita-kita sebagai umat Muhammad,harus ngikuti apa saja yang diajarkan beliau, ga boleh mangkir bin nyeleweng sejengkal pun. Bahkan misal tidak percaya dengan sebagian hadits saja,itu berarti kita udah ga kesebut sebagai umat Muhammad. Kita harus taat terhadap apa saja yang disampaikan Nabi saw. Lihat Qur’an Al Hasyr: 7. Tentu hadits-hadits yang sudah direkomendasi para ahli hadits tentang keshahihan dan kebolehannya sebagai alil atau hujjah. Soal kasta-kasta, ga ada dalilnya. Yng ada dalam Qur’an atau hadits adalah istilah-istilah seperti takwa,shalih, mukmin,muslim, muhsin. Ga pernah Rasul bilang bahwa beliau termasuk orang makrifat, umatnya disebut orang awam dsb. Apalagi sampe bilang, ada sebagian orang yang boleh tidak menjalankan syariat agama karena uda pada tingkat makrifat.
Itu semua hanya karangan. Urusan agama ga boleh ngarang-ngarang.Siapapun ga punya kewenangan dan otoritas untuk buat aturan dalam urusan agama. Bahkan meski seorang ulama besar,dia harus manut 100% pada Nabi saw. Dan setiap orang, meskipun dia ulama besar, kalo pendapatnya bertentangan dengan Qur’an dan hadits, maka harus ditolak. Makanya Nabi saw bersabda, ”Barangsiapa mengadakan perkara baru dalam urusan kamiini (agama) yang bukan termasuk didalamnya, maka ia tertolak.” (HR Muslim)
Truz, coba siapa yang lebih baik dan lebih takwa dari Nabi saw? No body kan? Kita semua juga tahu, kalo Nabi saw itu contoh yang sempurna dalam nglakonin perintah dan syariat Allah. Sampe-sampe kaki beliau bengkak coz tekun n lamanya beliau shalat malam. Nah lo! Jadi, ga ada itu klasifikasi masih syariat atau udah makrifat sehingga ga perlu shalat n perintah agama lainnya.
Kalo ada orang yang merasa sudah makrifat sehingga dia ga mau shalat,puasa dan njalanin perintah agama lainnya, sebaliknya malah berzina, judi, mabuk-mabukan de el el atas nama sudah makrifat maka saksikanlah bahwa dia uadh keluar dari Islam.

By: Ainul Haris Umar Thayib, M.Ag
(Kata pengantar buku: Menggapai ”Purnama” Surga)


NB: lif syifa yang memberi judul diatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar