01 Juni 2011
Mungkin kita jarang memikirkan betapa pentingnya panca indera yang kita miliki, juga jarang mensyukuri keberadaannya. Karena mereka selalu menyertai kita.
Agar bisa mensyukuri terkadang kita perlu membuat perbandingan dengan saudara2 kita yang panca inderanya tidak berfungsi normal seperti kita. Misalnya; membandingkan penglihatan kita yang normal dibandingkan dengan mereka yang ditakdirkan tidak dapat melihat, kita akan bersyukur karena bisa melihat dunia dengan segala warna-warninya. Begitupun halnya dengan pendengaran, lisan dsb.
Namun mungkin perbandingan itu belum begitu mengena. Dan akan lebih mengena jika kita pernah mengalami sakit yang menyebabkan fungsi panca indera kita hilang atau berkurang sedikit saja, baru kita akan benar2 merasakan betapa nikmatnya panca indera tersebut.
Misalnya saja ketika kita terserang flu berat yang menyebabkan penciuman kita tidak berfungsi, kita memang masih bisa menjalani hidup dengan normal tapi ada yang terasa kurang.
Ketika normal kita mungkin terganggu dengan bau tidak sedap jika mendekat dengan sumber bau. Tapi ketika ada sesuatu yang harum, wangi sabun misalnya atau wangi makanan kita pun bisa menikmatinya.
Berbeda hanya ketika penciuman tak berfungsi, semuanya terasa hambar, mau dekat2 sampah atau dekat makanan enak sensasinya hampir sama saja. Bahkan ketika makan makanan enak, rasanya jadi tidak seenak biasanya, karena yang merasakan enak hanya lidah /indera perasa tanpa disertai penciuman.
Begitupun halnya ketika kita “kehilangan” suara karena flu akut, untuk berbicara saja susah, itupun suaranya jadi tidak semerdu biasanya. Kita jadi sangat hemat berbicara, hanya berbicara yang penting2 saja.
Karena itu kawan, syukurilah nikmat panca indera yang ada padamu, karena tidak semua orang seberuntung kita, memiliki panca indera yang berfungsi sempurna. Bersyukur tentunya tidak hanya sebatas berucap “alhamdulilah” atau segala bentuk ucapan syukur lainnya. Tapi juga memanfaatkan panca indera tersebut untuk hal2 yang baik.
Menggunakan Lisan kita hanya untuk mengucapkan kalimat2 yang baik. Sebisa mungkin menghindari perkataan2 sia2, apalagi sampai menebar perkataan2 haram. Jika memang tak bisa berkata baik lebih baik diam.
Bahkan lisan memegang kunci surga n neraka. Rasul saw bahkan sampai menjanjikan surga bagi yang bisa menjaga farji dan lisannya. Dan karena lisan juga, seseorang bisa memperoleh surga atau bahkan ditelungkupkan ke neraka, hanya karena lisan –yang mungkin dia tidak sadar bahwa ucapannya akan berdampak sebesar itu-
Menggunakan penglihatan kita hanya untuk memandang yang halal2 saja, menghindari segala kesia2an apalagi yang haram. Kita bisa memilih mau menjadikan rabunnya penglihatan kita ketika tua, disebabkan melihat hal2 yang sia2 –membaca majalah2 sampah misalnya- , melihat yang haram, atau melihat yang halal2 –membaca qur’an, membaca buku2 bermanfaat-.
Namun tanpa berniat, terkadang hal2 haram berseliweran di depan kita –aurat2 terbuka misalnya-, tapi beruntung Allah memaafkan pandangan pertama yang tanpa disengaja. Dan untuk menghindari pandangan2 yang haram itu kita diperintahkan untuk “gadhul bashar” (menundukkan pandangan), tidak mengumbar pandangan kita.
Juga pendengaran kita, gunakan untuk mendengar hal2 yang baik, hindari segala bunyi kesia2an apalagi bunyi2 yang jelas2 haram seperti musik misalnya.
Karena semua panca indera kita akan dimintai pertanggungjawaban, mereka akan menjadi saksi untuk apa mereka digunakan.
Alangkah beruntung mereka yang tuli, bisu dan buta. Tuli dari mendengar hal2 yang haram, bisu dari berucap yang haram dan buta dari memandang yang haram.
Tidak heran mengapa kita disunnahkan berdzikir meminta keselamatan badan, pendengaran dan penglihatan tiap pagi dan sore
Mari tutup obrolan kita dengan penggalan firmanNya:
“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan." Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. “ (QS. Fushshilat: 20-22)
Semoga coretan ini bisa membuat kita, khususnya saya sendiri untuk berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan panca indera kita hanya untuk hal2 yang bisa mendatangkan ridhoNya, minimal yang mubah. Dan semoga Allah memaafkan segala dosa yang diperbuat panca indera kita.
*Tulisan ini terinspirasi ketika melihat seseorang terserang flu akut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar